Diiringi kagum tak berkesudahan Hangatmu masih tersisa di jantung penasaran Riang lantang dari sebuah jumpa di pusat kota Dengan espresso yang langsung kau habiskan Bercumbu dengan americcano yang terlalu malu aku telan Kita, ah, maksudnya aku berhasil menemuimu Atau kau yang terpaksa menerima ajakanku Mungkin itu alasannya muka bingung dan gerik canggung Sulit lepas dari paras yang mendesir di pelipis sadarku Kau menyapaku yang tengah memaku Mengagetkan sukma lewat jelita Dari tiba-tiba yang menyibak luka Walau tiada iringan gerak lambat seperti awal temu di FTV remaja Itu cukup membuatku berkhayal Tentang belum tentu yang nantinya bisa saja Dan kini aku yang kebingungan Menerka-nerka dalam runtuhnya logika Bahwa, bisakah ada malam lain setelah hari itu? Atau engkau hanya akan menjadi sekejap yang membekas di dadaku? Semoga Malam tak kunjung terbit cahaya Bintang lelah terangi semesta Pagi tak lekas dibilas siang Embun tak cepat menguap hilang Masih banyak yang belum terungkap Masih menumpuk yang tak terucap Sebab setelahnya siang adalah Peralihan yang mengantar lelah Masing-masing dari kita akan pulang Diantarkan jingga yang merapal hilang Sebab setelahnya siang adalah Peralihan yang mengantar lelah Masing-masing dari kita akan pulang Diantarkan jingga yang merapal hilang Semoga Kau masih mau 'tuk bercerita Walau antara kita hanya aku Yang jatuh cinta