Yiii-haaa!
Dari jaman Kakek masih perjaka
Soal cinta s'lalu jadi problema
Yang bahagia, bilang bagai di surga
Putus cinta, bilang bagai neraka (tak-tak-tak-tung)
Soal cinta, memang unik sekali
Yang selalu melanda muda-mudi
Berkorban demi cinta, itu sudah biasa
Biasa dalam bercinta
Dulu k'reta, ya Nona, sekarang bendi (ting-tong)
Kalau bendi, ya Sayang, mana kudanya? (Kuda)
Dulu cinta, ya Sayang, sekarang benci (ah, masa?)
Kalau benci, apa sebabnya?
Naik kereta, kereta rodanya enam
Dari Cikini, ya Sayang, ke Gondangdia
Kalau cinta sudah mendalam, kalau rindu sudah menggebu
Lebih baik iket aja
♪
(Tak-tak-tak-tung) Soal cinta, memang unik sekali
Yang selalu melanda muda-mudi
Berkorban demi cinta, itu sudah biasa
Biasa dalam bercinta
Dulu k'reta, ya Nona, sekarang bendi (ting-tong)
Kalau bendi, ya Sayang, mana kudanya? (Kuda)
Dulu cinta, sekarang benci (ah, masa?)
Kalau benci, apa sebabnya?
Naik kereta, kereta rodanya enam
Dari Cikini, ya Sayang, ke Gondangdia
Kalau cinta sudah mendalam, kalau rindu sudah menggebu
Lebih baik iket aja
Dulu k'reta, ya Nona, sekarang bendi (ting-tong)
Kalau bendi, ya Nona, mana kudanya? (Kuda)
Dulu cinta, ya Nona, sekarang benci (ah, masa?)
Kalau benci, ya Sayang, apa sebabnya?
Naik kereta, kereta rodanya enam
Dari Cikini, ya Sayang, ke Gondangdia
Kalau cinta sudah mendalam, kalau rindu sudah menggebu
Lebih baik iket aja
Dulu k'reta, ya Nona, sekarang bendi (ting-tong)
Kalau bendi, ya Sayang, mana kudanya? (Kuda)
Dulu cinta, ya Nona, sekarang benci (ah, masa?)
Kalau benci, ya Sayang, apa sebabnya?
Naik kereta, kereta rodanya enam
Dari Cikini, ya Sayang, ke Gondangdia
Kalau cinta sudah mendalam, kalau rindu sudah menggebu
Lebih baik iket aja
Dulu k'reta, ya Nona, sekarang bendi (ting-tong)
Kalau bendi, ya Sayang, mana kudanya? (Kuda)
Dulu cinta, ya Nona, sekarang benci (ah, masa?)
Kalau benci, ya Sayang, apa sebabnya?
Naik kereta, kereta rodanya enam
Dari Cikini, ya Sayang, ke Gondangdia
Kalau cinta sudah mendalam, kalau rindu sudah menggebu
Lebih baik iket aja