Dan kusadari Kursi terempuk Adalah berdiri Dan kutanyakan Apakah kamu Setiap hari Terus menunggunya Setiap hari Peluk diriku Tanpa nafsumu Kulihat malam Cenderung terang Melihat kita Telanjang mata Apakah kamu Setiap hari Terus menunggunya Setiap hari Terus menunggunya Tidak sepenuhnya salah Merespon baik memang tak semudah tuntunan Keadaan menuntutmu untuk dapat bertahan Di tempat yang kau kira paling aman Kenyataannya ada luka yang belum sembuh sempurna Yang kini sakitnya kauhadapi lagi Jangan berpaling, Kawanku Kau bisa selesaikan itu Terimalah ketidaksempurnaan duniamu Pupuklah sisa-sisa yang ada Dengan suka rela Dan sukacita Setiap hari Terus menunggunya Setiap hari Terus menunggunya Harus tetap tenang dan waspada (dan kusadari) Harus tetap bugar juga bersuka ria (kursi terempuk) Harus tetap bijaksana menatap ini semua Kar'na bijaksana sejatinya ciri (adalah berdiri) Dari kami para manusia Bijaksana adalah pandai (peluk diriku) menggunakan pengetahuan dan pengalaman Akal budi yang Engkau berikan (tanpa nafsumu) Apakah saat ini Kau sedang (kulihat malam) menguji kami sebagai manusia? Jika iya, oh, Kekasih agungku (cenderung terang) Aku tak berharap ini cepat berakhir (melihat kita) Namun mampukanlah kami untuk memanfaatkan kesempatan ini Belajar dengan sangat baik hingga setelahnya Lahirlah kami manusia yang bijaksana