Cintamu butek bagaikan air sungai ciliwung yang mengalir kuning di pusat kota Betawi Walaupun kata katamu indah bagaikan sair lagu Rinto Harahap anak Medan yang tinggal di peluit sakti Kau permainkan aku bagaikan anak kucing mempermainkan bola bekel di pelataran rumahmu yang sempit itu Janji janjimu palsu seperti janji janji kolonialis yang pernah menjajah negeri kita tersayang ini Tapi ingatlah hai kekasih hukum karma sebentar lagi berlaku pada dirimu Kau sakiti hatiku sehingga terasa pedih seperti ketika kutilku dicabut Betapa hancur perasaanku yang robek ini Awas lu nanti kalo liwat sendirian dijembatan Aku menangis sendirian dimalam sepi tiada yang menemani, ronda pun nggak keliatan Ingin kuadukan kepada polisi tapi sayang semua tidak ada bukti buktinya Engkau kejam, kekasih.kejam, gila, hatiku bertambah sedih ♪ Kalau aku tau bakal jadi begini buntut buntutnya terakhir, pasti aku tak pegang buntutmu Tak mungkin aku dulu mau menolong bapak mu ketika digonggong anjing tuan Helen didepan rumahnya Dari kecil kau ku incer siang malam, ngga bisa tidur, ngga bisa makan, terbayang wajahmu Tetapi sekarang kau sudah besar, sudah montok, sudah demplon, seperti pepaya gantung mateng dipohon, orang yang siangin Tapi ingatlah hai kekasih hukum karma sebentar lagi berlaku pada dirimu Kau sakiti hatiku sehingga terasa pedih seperti ketika kutilku dicabut Betapa hancur perasaanku yang robek ini, seperti terigu Awas lu nanti kalo liwat sendirian dijembatan Aku menangis sendirian dimalam sepi tiada yang menemani, hansip juga nggak liwat Ingin kuadukan kepada polisi tapi sayang semua tidak ada bukti buktinya Engkau kejam, kekasih kejam, gila lu, hatiku bertambah sedih ♪ Kalau aku tau bakal jadi begini buntut buntutnya terakhir, aku pasti tak pegang buntutmu Tak mungkin aku dulu mau menolong bapak mu ketika digonggong anjing tuan Helen di muka rumahmu Dari kecil kau ku incer siang malam, ngga bisa tidur, ngga bisa makan, teringat wajahmu Tetapi sekarang kau sudah besar, sudah montok, sudah demplon, seperti pepaya gantung mateng dipohon, orang yang siangin