Kondor terjaga, rembang petang Kala langit meradang Memberi nyawa pada kata-kata, mengintimidasi batu bata Air mata mengering dan mulai bertaring (yow, yow) Panji-panji merunduk sejak lusinan perjanjian dagang diamini Bendera tak berkibar karena angin tak pernah lagi bertiup di tanah ini Kubacakan kembali puisi yang dilupakan matahari sebagai ganti Kemenyan pemanggil arwah dan muara angkara orang-orang mati Bagi lini terdepan yang berubah menjadi garda mucikari Memulai mutilasi, harkat dan nyali Disodomi ribuan kali, pasca Munir mati Aku bacakan kembali artefak pitam serupa aksara kabut profan dan suci Mereka yang menyongsong kepulan asap penjarahan massal pasca kudeta Saat Kondor terjaga, saat parang menggantikan bahasa Kami eja ulang mantra-mantra dari artefak para pendosa Di tanah mereka yang memenggal kepala mereka yang membacakan prosa Di parit-parit kota, dimana doa tak lagi terdengar Dan mimpi hanya dimiliki mereka yang menguasai kotak suara Dan mereka yang dibisu-butakan, dihilang-paksakan Dan merancang blueprint diatas bangkai-bangkai harapan Dan Kondor terjaga Mantra langit meradang Memberi nyawa pada kata-kata, mengintimidasi batu bata Membangun shaf dan massa Dengan air mata mengering dan mulai bertaring Melahirkan lebih banyak lagi kombatan militan di tanah yang Ilahi Kami saksi terakhir malam tersunyi yang dimutilasi beberapa potong Dibuang ke dasar sumur bertindihan dengan sangkur-sangkur kosong Di malam bolong seribu serigala melolong Di siang meradang saat ladang kami dipenuhi ribuan moncong senjata Dari kuasa kepulan asap yang menajam tebarnya hangit Kami bacakan ulang perihal kepala-kepala dibawah langit Yang tak lagi punya tanah dan tak punya mata air Yang dilupakan Garuda dan tak memiliki lagi tanah air Dan sekosong tatapan dan kemuakan melewati titik nadir Pergerakan pandir di antara rencana pembangunan tambang pasir Menyambut pagi di tanah yang terlalu sulit disambangi Dewi Adil Dan terlalu rutin disinggahi sepatu lars, drama dan nyalak bedil Dalam wujudnya yang paling mustahil Kami tunjukkan nyali yang tak pernah sekerdil Harga ganti tanah kami yang kalian patoki menjadi kakus industri Karena api tungku dan belati kami tak pernah mengingkari janji dan berdiri meski Panji-panji merunduk sejak lusinan perjanjian dagang diamini Bendera tak berkibar, angin tak pernah lagi bertiup di tanah ini Kubangkitkan kembali puisi yang dilupakan matahari sebagai ganti Kemenyan panggilan arwah dan muara angkara orang-orang mati Kondor terjaga, rembang petang Langit meradang Memberi nyawa pada kata-kata, mengintimidasi batu bata Membangun shaf dan massa Dengan air mata mengering dan mulai bertaring Melahirkan lebih banyak lagi kombatan militan Yang tak perlu lagi alasan logis Untuk meledakan diri dengan C4 dan pengantin imajinatif Sepadan kekekalan Sepadan kegagalan Sepadan kekekalan Sejahat kemiskinan