Karena khalayak tak pernah salah memuja thagut penampakan Maka dia terdakwa yang terlalu mendambakan Domba tanpa gembala, wujud tanpa kepala, dunia tanpa pandawa Sumpah aral kuasa tanpa palapa Merakit dunia tanpa manual tunggal Mengepal surga neraka yang manunggal Di ujung hari yang berlangit sepekat aspal Di petang para dajjal neoliberal meminta tumbal Karena buku sejarah ditulis dengan darah Dengan anggur dan nanah, dengan kotbah dan sampah Maka argumen terlahir dari kerongkongan korban Digorok di pagi buta di lapangan pedesaan Dikubur bernapas di malam semua kutukan Menaruh rima di atas hitungan ritme pukulan rotan Brimob Pengganti aroma Smirnoff, berakhir Layak masta Deborg berepilog tanpa akhir Kombinasi mutakhir para gerilyawan Kashmir, Tolstoy dan B-boy yang menari di atas pasir Hingga para aparat Gomorrah tak berdiri tanpa dipapah Hingga berhala yang kau sembah merata dengan tanah Dengan khasanah, busur serapah tanpa panah Dengan ranah yang merubah kotbah yang menjadi limbah Dengan lanskap penuh kesumat, despot melaknat Penuh bigot yang bersandar pada jaminan polis dan jimat Maka kupinang kepalan pelumat Tirani valas yang tak pernah tamat memplagiat kiamat Hingga liang lahat, dengan eskalasi perang badar Membakar akar, penyeragaman bawah sadar Pascakolonial, pascaneraka horizontal Pascabumi dan langit, aku dan kau menjadi wadal Sejak para kaisar merapal mantra anti-makar Sejak para patriot tak pernah sadar menjadi barbar Rima ini kurancang untuk menantang mitos Hegemoni rezim dewa logos Kurancang rima ababil yang bidani holokos Jika kau bangun kastilmu 'tuk mendominasi kosmos Rima ini kurancang untuk menantang mitos Hegemoni rezim dewa logos Kurancang rima ababil yang bidani holokos Jika kau bangun kastilmu 'tuk mendominasi kosmos Antitesa dari semua petuah para tetua Penguasa gua, gabah dan semua kutukan tak bertuah Rima ini adalah kita merah tetesan darah Pemusnah lintah bendungan siklus hasrat dan amarah Ludah para penadah gejah yang menawar bid'ah Yang lupa melawan titah, kerajaan risalah, Pemungut arwah peluluh lantah kaki Tangan kepala berhala yang kunujum punah Serupa jalur ziarah satuan batalyon lakon Yang batangan konon korno kerto monitor panoptikon Dan jargon perluasan koloni kanon Perpanjangan netra Mossad dan agenda titipan Pentagon Agen intelejen berbisik dalam dialek dekaden Diskusi tentang ribuan ancaman bahaya laten Lumpen yang membangkang, hedonis yang mencoba terbang Sufi yang menjangkau terang dan anarkis yang meronta kekang Rima ini adalah kontra komando, menolak berkarat Di pengujung tengat merancang beliung serupa tornado Untuk balance yang banal Balada dalam kanal Dalam foto sejarah yang berkoar bertemu final Hingga satu subuh para sayap terentang Menantang menara rutan dengan kesadaran para pecundang Berembuk di pojokan selokan desa dan urban Merakit plot armamen ababil sebelum mentari datang Sebelum cenayang industri keluar mencari mangsa Menuai bara pusara kalam dan makam wacana Kesucian taklid yang menyuburkan bencana Para penikam punggung dan para pengkhianat lantai dansa Pasca kolonial pasca neraka horizontal Pasca bumi dan langit, aku dan kau menjadi tumbal Sejak argumen hanya berkisar di pusaran selasar Surga dan neraka, kontol, isu kelentit dan biji zakar, yo Rima ini kurancang untuk menantang mitos Hegemoni rezim dewa logos Kurancang rima ababil yang bidani holokos Jika kau bangun kastilmu 'tuk mendominasi kosmos