Kishore Kumar Hits

Homicide (Indonesia) - Membaca Gejala Dari Jelaga lyrics

Artist: Homicide (Indonesia)

album: Barisan Nisan


Matahari terlalu pagi mengkhianati
Pena terlalu cepat terbakar
Kemungkinan terbesar sekarang, memperbesar kemungkinan pada ruang
Ketidakmungkinan
Sehingga setiap orang yang kami temui
Tak menemukan lagi satupun sudut kemungkinan
Untuk berkata tidak mungkin
Tanpa darah mereka mengering
Sebelum mata pena berkarat dan menolak kembali terisi
Sebelum semua paru disesaki tragedi
Dan pengulangan menemukan maknanya sendiri
Dalam pasar, dalam limbah dan kotoran
Atau mungkin dalam seragam sederetan nisan
Kita pernah bernazar untuk menantang awan
Menantang langit dengan kalam-kalam terhunus
Hingga hari-hari penghabisan
Tanpa pretensi apapun untuk
Mengharapkan surga dan neraka di atas semua
Kita berangkat dengan rima dan kopi secawan
Berkawan dengan bentangan kalam yang menantang awan
Menggalang pijakan dari hulu waktu yang membidani zaman
Dimana microphone digenggam dengan hasrat menggantang ancaman
Mengkafani kawanan serupa lalat dari pusat pembuangan sampah
Bernazar membuat tiran berjatuhan
Menyisakan potongan kalimat profane berceceran
Dengan luka sayat dari medan puputan
Kita tantang kutukan, kita kutuk pantangan
Sehingga setiap angan parallel dengan surga-neraka dan dalil langitan
Serupa komando yang meluncur dari mabes hingga koramil
Serupa toxin yang berselancar pada darah sebelum maut menjemput Munir
Menyisir petaka yang membiarkan mereka menggadaikan pasir
Pada pantai, pada bumi, yang penuhi oleh barcode dan kasir
Yang hibahkan filsafat pada para vampire
Pada mereka yang memlabeli setiap oponen dengan stempel kafir
Pada mereka yang datang pada malam terkelam
Saat cahaya hanya datang dari belukar di tengah makam
Kita pernah sisakan harapan yang esok siap cor menjadi belati
Pikulan beban yang serupa pitam yang kembali berhitung dengan mentari
Dengan tangisan bayi yang mengajarkan kembali bagaimana menari
Bagaimana mengingat janji dan mengepalkan jemari
Bagaimana seharusnya hari-hari berbagi api
Bagaimana menyulutnya pada nadi dan mengumpulkan nyali
Dan semua darah bertagih telah kita bayar lunas
Sejak kalimat angkara kita terlanjur menjadi lampiran kajian lemhanas
Kau dan aku tahu pahlawan tidak lagi datang dari kurusetra
Namun dalam bentuk donasi mie instant di tengah bencana
Sejak tanah basah ini menagih janji mata yang dibayar mata
Sejak mata sungai menagih suara mereka yang hilang di ujung desa
Sejak kebebasan hanya berarti di hadapan kotak suara
Sejak para ekonom memperlakukan nasib serupa statistik ramalan cuaca
Telah khatam kita baca semua analisa semua neraca
Semua muslihat tai kucing yang membenarkan semua prasangka
Kita belajar membaca gejala dari jelaga
Pada malam-malam terhunus dan waras-waras kita terjaga
Memaksa tidur sengan satu kelopak mata terbuka
Menahan pitam tanpa riak serupa telaga
Serupa hasrat yang dipertahankan setengah mati tetap menyala
Pada setengah hidup kita yang mengalir mencari muara
Sehingga
Udara membutuhkan amis darah agar sirine tetap mengalun
Agar waras diingatkan wabah yang akut menahun
Tentang paghut yang santun
Yang memusuhi pantun
Yang membakar habis hasratmu setelah dipaksa dipasung
Mungkin kau akan ingat tentang petaka yang dalam
Hitungan kurun waktu singkat berubah menjadi rahmat
Merubah alam alam bawah sadar hingga terbiasa dengan mayat
Sekarang mengubahmu kasat di depan deretan kalimat
Bergabung dengan para mata yang terang bersama pekat
Serupa kepastian, serupa asuransi
Serupa janji yang memprediksi dimana kau suatu hari nanti dengan pasti
Sehingga semua pertanyaan kau tinggal mati
Sehingga rimaku hari ini dan terompet israfil dapat bertukar posisi
Dan menantang mentari

Поcмотреть все песни артиста

Other albums by the artist

Similar artists